Arkeolog Temukan Pedang Firaun Berusia 3.000 Tahun di Mesir, Berhiaskan Lambang Ini
Administrator Rabu, 02 Oktober 2024 09:04 WIB
DUNIA, JAZIRAH, - Tim arkeolog Mesir berhasil menemukan sebuah pedang perunggu panjang di sebuah gubuk lumpur, Delta Nil. Pedang tersebut diduga milik Firaun.
Buktinya, pedang berlambangkan Ramses II atau lebih dikenal Firaun. Tim menyebut lambang tersebut sebagai tanda pribadi milik Firaun.
Pedang ditemukan dalam kondisi utuh. Selain itu, pedang terlihat berkilau dan memantulkan cahaya meski sudah terlapis karat dan kotoran.
"Ini adalah penemuan yang sangat mencolok dan benar-benar luar biasa," kata Elizabeth Frood, seorang Egyptologist dari Universitas Oxford yang juga tim penggali, dikutip dari Washington Post.
Ditemukan di Wilayah Penting Mesir Kuno
Dalam pernyataan Kementerian Purbakala Mesir, disebutkan bahwa tim arkeolog telah menemukan senjata di antara tumpukan harta karun Mesir kuno. Lokasi penggalian membentang dari benteng kuno Tell Al-Abqain yang berjarak 30 mil dari tenggara Alexandria.
Benteng tersebut dalam sejarah dikenal penting sebagai perbatasan barat laut Mesir kuno di era kerajaan baru. Pada masa itu, peradaban Mesir dalam hal politik, militer, dan arsitektur berada di titik emas.
Ramses II atau Firaun sendiri merupakan raja paling lama berkuasa kedua di Mesir kuno. Masa pemerintahannya dimulai pada 1279-1213 SM.
Pada masa Ramses II berkuasa, pemerintahannya kuat dalam militer. Ini membuat batas wilayah Mesir kuno meluas ke utara hingga kini berbatas di Levant.
"Bagi saya, benda yang memiliki cartouche Ramses II menunjukkan bahwa benda itu milik seseorang dengan pangkat yang relatif tinggi," kata Frood.
Penemuan Harta Firaun Lainnya
Selain pedang, Frood dan tim menemukan oven untuk memasak, aplikator gading, dan kumbang scarab seremonial. Benda-benda tersebut mengungkap ritual sehari-hari prajurit masa Ramses II.
Ada juga beberapa aksesoris tata rias seperti cincin perunggu dan kalung. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa tersebut orang-orang sudah memahami nilai estetika.
Frood mengatakan sekumpulan batang tersebut berada di gubuk lumpur. Gubuk membentuk barak militer dan gudang senjata yang dipisahkan oleh lorong sempit.
"Anda juga dapat membayangkan jenis arsitektur ini dan dengan demikian pengelolaan kehidupan sehari-hari sesuai dengan kehidupan disiplin yang dibutuhkan oleh kelompok militer," katanya.
Situs tersebut dahulu kala digunakan untuk mempertahankan diri prajurit dari suku-suku Libya. Kelompok dari Libya tersebut dikenal sebagai pelaut yang agresif.
"Ini adalah unit pertahanan, yang mengendalikan perbatasan barat Mesir, dan mungkin juga digunakan sebagai pangkalan untuk intervensi militer terhadap kelompok Libya. Ini tampaknya menjadi masalah yang semakin meningkat pada dinasti ke-19 dan ke-20, atau bagian akhir kerajaan baru," kata Frood. sc:dtk/*
Berita Terkait
Komentar
0 Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments